عن أبي هريرة ، عن النبي قال: ((إن
الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول: أنى هذا ؟ فيقال: باستغفار ولدك لك)) رواه ابن
ماجه وأحمد وغيره بإسناد حسن.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda: “Sungguh seorang manusia
akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya: Bagaimana (aku
bisa mencapai) semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar
(permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu”[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan
keutamaan memiliki anak yang shaleh serta keutamaan menikah untuk tujuan
mendapatkan keturunan yang shaleh. Imam al-Munawi berkata: “Seandainya tidak
ada keutamaan menikah kecuali hadits ini saja maka cukuplah (menunjukkan
besarnya keutamaannya)”[2].
Faidah-faidah penting yang
terkandung dalam hadits ini:
::: Keutamaan dalam hadits ini berlaku bagi hamba Allah
yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan[3].
::: Anak yang shaleh termasuk sebaik-sebaik usaha yang
dilakukan oleh seorang mukmin dalam hidupnya, karena semua amal kebaikan yang
dilakukan oleh anak yang shaleh pahalanya akan sampai kepada orang tuanya,
secara otomatis dan tanpa perlu diniatkan, karena anak termasuk bagian dari
usaha orang tuanya. Inilah makna sabda Rasulullah : “Jika seorang manusia mati
maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah yang terus
mengalir (pahalanya karena diwakafkan), ilmu yang terus diambil manfaatnya
(diamalkan sepeninggalnya), dan anak shaleh yang selalu mendoakannya”[4].
::: Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani – semoga Allah
merahmatinya – berkata: “(Semua pahala) amal kebaikan yang dilakukan oleh
anak yang shaleh, juga akan diperuntukkan kepada kedua orang tuanya, tanpa
mengurangi sedikitpun dari pahala anak tersebut, karena anak adalah bagian dari
usaha dan upaya kedua orang tuanya. Allah berfirman:
{وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى}
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh
selain apa yang telah diusahakannya” (QS an-Najm:39).
Rasulullah bersabda: “Sungguh sebaik-baik (rezki) yang dimakan oleh
seorang manusia adalah dari usahanya sendiri, dan sungguh anaknya termasuk
(bagian) dari usahanya”[5].
Kandungan ayat dan hadits di
atas juga disebutkan dalam hadits-hadist (lain) yang secara khusus menunjukkan
sampainya manfaat (pahala) amal kebaikan (yang dilakukan) oleh anak yang shaleh
kepada orang tuanya, seperti sedekah, puasa, memerdekakan budak dan yang
semisalnya…”[6].
::: Sebagian dari para ulama ada yang menerangkan makna
hadits ini yaitu: bahwa seorang anak jika dia menempati kedudukan yang lebih
tinggi dari pada ayahnya di surga (nanti), maka dia akan meminta (berdoa)
kepada Allah agar kedudukan ayahnya ditinggikan (seperti kedudukannya),
sehingga Allah pun meninggikan (kedudukan) ayahnya. Ini berdasarkan keumuman
makna firman Allah:
{آباؤكم وأبناؤكم لا تدرون أيهم أقرب لكم نفعاً}
“(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu”
(QS an-Nisaa’:11)[7].
::: Hadits ini
juga menunjukkan bahwa istigfar (permohonan ampun kepada Allah) dapat
menggugurkan dosa-dosa dan meninggikan derajat seorang hamba sampai pada
tingkatan yang tidak dicapai dengan amal perbuatannya yang lain, terlebih lagi
jika hamba tersebut banyak beramal shaleh dan melakukan istigfar[8].
[1] HR Ibnu Majah (no. 3660), Ahmad (2/509) dan
lain-lain, dishahihkan oleh al-Buushiri dan dihasankan oleh syaikh al-Albani
dalam “Silsilatul ahaaditsish shahiihah” (no. 1598).
[2] Kitab “Faidhul Qadiir” (2/339).
[3] Ibid.
[4] HSR Muslim (no. 1631).
[5] HR Abu Dawud (no. 3528), an-Nasa’i (no.
4451), at-Tirmidzi (2/287) dan Ibnu Majah (no. 2137), dihasankan oleh imam
at-Tirmidzi dan dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani.
[6] Kitab “Ahakaamul janaaiz” (hal. 216-217).
[7] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/339).
[8] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar